Transform your Life with Melilea Organic We can if we think we can Klub Bisnis Internet Berorientasi Action

Very Important Report:

14 Kesalahan Fatal Bisnis Internet dan Cara Mendobraknya!

Masukkan nama & email anda di bawah ini dan dapatkan Free Report kami, GRATIS!
Nama Panggilan:
Email:
 
sebakung

Wednesday, November 18, 2009

Bahan Berbahaya dalam Makanan Kita


Isu terkontaminasinya beberapa produk makanan lagi-lagi muncul. Bukan tidak mungkin kalau makanan yang kita konsumsi masuk dalam kategori berbahaya. Untuk menjadi kritis sebagai konsumen, apa saja yang perlu kita perhatikan?




Mencuatnya skandal kontaminasi zat berbahaya pada produk pangan menandakan lemahnya pengawasan pangan di pasar. Menyangkut masalah impor, tidak ada pengecekan soal keamanan pangan. Pangan asal luar dengan mudah masuk ke Indonesia.

Diakui Ilyani S. Andang, peneliti dari YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), untuk pasar domestik dan produk lokal pun, tidak ada pengawasan berupa uji petik mingguan atau bulanan di setiap pasar yang dilakukan secara regular. Lebih parah lagi, tidak ada penegakan hukum yang mengakibatkan makanan yang beredar di pasar itu tidak memenuhi syarat, dan tidak sesuai standar keamanan pangan.

Akhirnya, muncullah kasus produk pangan yang mengandung bahan kimia berbahaya, makanan yang diolah kembali dari tempat pembuangan, yang kadaluarsa, busuk, atau menggunakan cara-cara tidak aman.



Melamin

Ditemukannya melamin dalam produk pangan semakin memperpanjang daftar pangan di Indonesia yang terkontaminasi dengan bahan kimia berbahaya. Selama ini kita mengenal melamin mungkin hanya dari peralatan makan-minum yang kita pakai, seperti gelas, mangkok, atau piring melamin. Memang, bersama dengan formaldehid, melamin digunakan untuk memproduksi perangkat makan-minum tahan panas tersebut.

Namun, terbongkarnya kasus penyalahgunaan melamin dalam produk susu China dan turunannya pada September 2008, semakin membuka mata kita bahwa pelaku usaha bisa menggunakan cara apapun untuk merekayasa produknya. Tanpa peduli itu berbahaya atau tidak.

Menurut Ilyani, melamin yang ditemukan pada produk susu China sebenarnya bukan karena kontaminasi, tapi kesengajaan peternak. “Mereka menambahkan melamin untuk membohongi pihak produsen susu seolah-olah produk susu itu berkadar protein (Nitrogen) tinggi. Jadi, itu memang kesengajaan untuk menipu,” jelas Ilyani.

Sejatinya, zat-zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh akan ditolak oleh sistem pencernaan. Dan ginjal adalah organ yang pertama kali kesulitan untuk membersihkan zat berbahaya tersebut. Karena akumulasi zat berbahaya, ginjal pun mengalami kegagalan fungsi. Seperti yang terjadi di China, sejak terungkapnya produk susu yang mengandung melamin, terdapat 4 bayi meninggal, sedangkan 53 ribu lainnya sakit ginjal.

Untuk kasus produk bermelamin, Ilyani menambahkan, konsumen memang tidak dapat membedakannya secara kasat mata. Karenanya dia menyarankan konsumen untuk cerdas dan kritis. Jadikan daftar produk berbahaya yang dikeluarkan pemerintah sebagai pegangan berbelanja, dan protes ke retail bila masih menemukan produk-produk tersebut di pasaran.



Formalin yang mengawetkan

Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptik, germisida, dan pengawet. Fungsinya sering diselewengkan untuk pengawet makanan karena alasan biaya yang lebih murah. “Dengan sebotol kecil formalin itu sudah cukup untuk mengawetkan ikan, lebih praktis daripada membawa batu es,” tutur Ilyani.

Formalin biasanya sering ditemukan pada makanan produk industri rumahan, karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat. Bahan makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya adalah mi basah, tahu, bakso, ikan asin dan beberapa makanan lainnya. Bila tidak diberi bahan pengawet makanan seperti tahu atau mi basah seringkali tidak tahan lebih dari 12 jam.

Formaldehid juga dipakai untuk menimbulkan warna produk menjadi lebih cerah. Sehingga formalin juga banyak dipakai dalam produk rumah tangga seperti piring, gelas dan mangkuk yang berasal dari plastik atau melamin. Bila piring atau gelas tersebut terkena makanan atau minuman panas maka bahan formalin yang terdapat dalam gelas akan larut. Barang-barang tersebut bila digunakan dalam keadaan dingin sebenarnya tidak berbahaya. Tetapi sangat berbahaya bila wadah-wadah ini dipakai untuk menaruh bahan makanan panas seperti membuat minuman teh, kopi, atau makanan berkuah panas.

Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan pernapasan. Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh.

Formalin juga merupakan zat yang bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formalin dalam jumlah yang banyak, Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah bersin, radang tonsil, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.

Bila terhirup formalin mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan jaringan sistem saluran pernafasan bisa mengganggu paru-paru berupa pneumonia (radang paru) atau edema paru (pembengkakan paru).

Bila terkena kulit dapat menimbulkan perubahan warna, kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.



Boraks sang pengenyal

Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama sedang kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah.

Dalam industri, boraks dipakai sebagai pengawet kayu, anti septik kayu dan pengontrol kecoa. Bahaya boraks terhadap kesehatan diserap melalui usus, kulit yang rusak dan selaput lendir. Jika dikonsumsi berulang dalam jangka waktu lama akan memiliki efek toksik. Pengaruh terhadap kesehatan secara akut adalah muntah dan diare. Dalam jangka panjang, dampaknya dapat menyebabkan gangguan pencernaan, nafsu makan menurun, anemia, rambut rontok dan kanker.



Pemanis buatan

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) jelas-jelas mengatakan, pemanis buatan hanya digunakan pada pangan rendah kalori dan pangan tanpa penambahan gula. Namun, kenyataannya banyak ditemukan produk jelly, permen, dan minuman yang mengandung pemanis buatan. Kelebihan zat pemanis ditemukan bukan hanya pada merek-merek tak terkenal, tetapi juga pada produk-produk yang sering beriklan di layar televisi.

Bukan cuma mengandung konsentrasi pemanis tinggi, produk itu juga seperti berupaya menyembunyikan sesuatu. Beberapa produk bahkan tidak mencantumkan batas maksimum penggunaan pemanis buatan Aspartam. Pemakaian Aspartam berlebihan berisiko memicu kanker dan leukimia pada tikus percobaan bahkan pada dosis pemberian Aspartam hanya 20mg/kg BB.



Pewarna tekstil

Zat pewarna makanan alami sejak dulu telah dikenal dalam industri makanan untuk meningkatkan daya tarik produk makanan sehingga konsumen tergugah untuk membelinya. Namun celakanya sudah sejak lama pula terjadi penyalahgunaan dengan adanya pewarna buatan yang tidak diizinkan untuk digunakan sebagai zat aditif. Contoh yang sering ditemui di lapangan dan diberitakan di beberapa media massa adalah penggunaan bahan pewarna Rhodamin B, yaitu zat pewarna yang lazim digunakan dalam industri tekstil, namun digunakan sebagai pewarna makanan. “Jika warna makanan sulit hilang meski dicuci, hati-hati pewarnanya Rhodamin,” urai perempuan lulusan Teknik Lingkungan ITB.

Berbagai penelitian dan uji telah membuktikan bahwa dari penggunaan zat pewarna ini pada makanan dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati.



Konsumen Kritis

Di tengah maraknya peredaran makanan yang tidak aman dikonsumsi, maka upaya yang harus kita lakukan adalah menjadi konsumen yang kritis. Berikut tips dari Ilyani untuk menjadi konsumen kritis.

Pertama, optimalkan seluruh indera kita dalam memperhatikan makanan segar yang akan kita beli. Mulai dari tingkat kekenyalan, semakin kenyal semakin berbahaya. Atau, dari warnanya—ngejreng atau tidak. Untuk produk lokal yang beredar di pasar, beranikan diri untuk bertanya kepada produsennya, “Pakai boraks atau tidak? Pewarnanya pakai apa? Konsumen harus berani tanya ke pelaku usaha. Kita yang punya duit kok, kita yang mau beli, kita yang belanja ke mereka,” tegas Ilyani.

Kedua, secara kasat mata optimalkan indera kita untuk menilai. Misalnya, dari segi harga, biasanya karena cost produksinya rendah, maka harganya pun jadi murah.

Ketiga, untuk makanan kemasan, bacalah label pada kemasan, yaitu komposisi dan expired date-nya. tanggal kadaluarsanya jangan sampai mendekati. Kemudian, perhatikan aspek legalnya, yaitu kode MD untuk produk lokal dan ML untuk produksi impor. Khusus untuk kewaspadaan terhadap adanya melamin pada produk turunan susu, mulai dari coklat, permen dan biskuit kita lihat kode produksinya. Ilyani menyarankan meski ada kode ML tapi made in China, lebih baik itu jangan dibeli karena dikhawatirkan 80% mengandung melamin.

Tak ada pilihan selain menjadi konsumen yang kritis. Pilih aman atau bahaya, ayolah kritis!

(Sarah Handayani/Wawancara Rahmi Rizal)





Tips

Awet, tapi Bahaya!

1. Ayam potong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk

2. Bakso yang tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kamar dan memiliki tekstur yang sangat kenyal

3. Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, bau menyengat khas formalin.

4. Ikan asin yang tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar, warna ikan bersih dan cerah, namun tidak berbau khas ikan asin.

5. Tahu yang biasanya berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, bau menyengat khas formalin.

6. Mi basah biasanya awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25°C), bau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.

sumber : ummi-online.com

No comments:

Post a Comment

Respon Tubuh saat mengkonsumsi Melilea Organik

Respon Tubuh saat mengkonsumsi Melilea Organik